Aku, Terima Kasih Sudah Berjuang Oleh: Latifah Ainun Qolbi | ππππππππ πππππ πππππ πππππ πππ πππππππππ ππ ππ πππππ
Empat tahun silam aku belajar banyak hal mulai dari kemandirian sampai hal-hal kehidupan, tepatnya saat diriku menginjakkan usia kuliah, Alhamdulillah, Allah menempatkanku di tempat yang benar meskipun kata orang tersesat. Tepatnya, aku berkesempatan untuk belajar di Prodi Aqidah filsafat Islam di Universitas Darussalam Gontor dengan beasiswa. Tiada hari tanpa diajak untuk berfikir, tentang Tuhan, kenabian, bahkan sampai benda mati. Berat memang tapi akan kujalani segala keputusan sampai akhirnya aku banyak belajar dan mendapatkan hikmah tentang beradab kepada Tuhan.
“Bagaimana mungkin seorang ‘Abid (Hamba) bisa beradab kepada Tuhannya sedangkan ia tidak faham apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh Tuhannya?”
Jangankan faham, baca saja jarang.
Bukankah kepada manusia saja kita harus beradab? Contoh misalnya, Seorang anak harus taat dan patuh kepada orang tuanya. Mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan, dan menjalankan apa yang diperintahkan.
Lalu bagaimana adab kita dengan Tuhan? Pernahkah kita memikirkan hal tersebut?
Untuk itulah diriku memutuskan berani berhenti kuliah dan mulai fokus bersama Al-Qur’an. Mulai untuk memahaminya, menghafalkanya, lalu menjalankan perintah-Nya, dan selalu berusaha untuk taat dan patuh terhadap-Nya. Hingga akhirnya Allah izinkan untuk hafal 30 juz Al-Qur’an. Walaupun, niat awalnya bukan untuk hafal tapi untuk memahami lebih dalam.
Secara angka mungkin selesai, namun aku sadar betul bahwa perjuangan belum selesai masih ada banyak mimpi yang harus kukejar. Kuliah yang tertunda, biaya yang tidak tercukupi, tes beasiswa tidak lulus-lulus, usia yang semakin bertambah, orang tua yang semakin menua, tanggungan hidup, masalah sosial, finansial dan lain-lain.
Satu hal yang kuyakini Allah tidak pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya apalagi hamba tersebut lekat dan dekat dengan Al-Qur’an. Lalu, Apa yang aku lakukan setelahnya? Diriku malah semakin dekat dengan Al-Qur’an, mengikuti daurah Al-Qur’an sana-sini, mencari guru dan belajar sanad qira’ah, mengajarkan Al-Qur’an, mengabdikan diri kepada masyarakat, berdakwah dan berusaha untuk menegakkan kalimat-kalimat Allah ditengah gelapnya kehidupan.
Apakah kamu tau apa yang terjadi?
Perlahan aku bangkit sedikit demi sedikit dan tidak tinggal diam, aku yakin bahwa tidak ada kegelapan dalam kehidupan seorang penghafal Al-Qur’an, bahkan diamnya saja diisi dengan murajaah, hidupnya terang dipenuhi oleh cahaya yang dikandungnya.
Bismillah, aku mulai berjuang mengurus semua pemberkasan, kucoba semua peluang, kukeluarkan semua biaya yang mampu kuupayakan untuk kebutuhan kuliah dan kehidupan, sampai pada akhirnya aku diterima disebuah kampus idaman yang luarbiasa dengan beasiswa full di Timur Tengah.
International Islamic Call College Tripoli, Libya. Sebuah kampus yang kuidam-idamkan sejak dulu karna negara tersebut dijuluki sebagai Negri sejuta Huffadz (Penghafal Al-Qur’an). Suatu kebanggaan yang luar biasa bagiku berkesempatan untuk menuntut ilmu di kampus yang mana dulunya Ustadz Adi Hidayat Lc. MA pernah belajar dan menimbah ilmu disana. Walaupun dikenal sebagai negara konflik tapi ternyata aman-aman saja.
Tak henti-hentinya aku selalu mengulang-ngulang Al-Qur’an untuk membuktikan rasa syukurku dengan beasiswa itu. Alhamdulillah mulai dari pemberangkatan, uang sekolah, buku-buku, makan, tempat tinggal, uang saku perbulan, bahkan ketika lulus nanti akan diberi tunjangan dan tiket pulang ke Indonesia.
Kukatakan dalam diriku “Terima kasih ya Allah, sudah mempercaiku dengan amanah yang luar biasa ini, dan terimakasih diriku yang selama ini sudah berjuang”.
Mungkin setiap manusia punya ranah perjuanganya masing-masing namun percayalah, pertolongan Allah itu selalu dekat. Kehidupan akan selalu berputar, kita hanya diminta untuk selalu berjuang bukan menang. Dan pada akhirnya Allah tidak segan-segan untuk memberikan hadiah-Nya bagi siapapun yang mau berjuang demi kebaikan.
Tahun pertama kuliah tak kusangka banyak sekali yang memintaku untuk mengajarkan Bahasa Al-Qur’an yang mana sebelum keberangkatan ke Libya aku sudah merintis sebuah bimbingan belajar Bahasa Al-Qur’an (BBQ) di Indonesia dan sudah diikuti lebih dari 300 peserta dan alumni dalam satu bulan. Maa Syaa Allah
Nikmat yang luar biasa bagiku bisa berdakwah dengan jalan ini, namun dikarenakan oleh jarak dan waktu yang sangat berbeda antara Libya dan Indonesia, akhirnya kuputuskan untuk menuliskan sebuah karya buku yang mana didalamnya terdapat materi-materi tentang mudahnya Bahasa Al-Qur’an.
Melalui buku ini tidak ada lagi keterbatasan waktu, terkendala jarak dan kondisi. Siapapun bisa mengakses dan belajar dari buku tersebut kapanpun dan dimanapun. Adapun judul dari buku tersebut adalah “Rumus mudahnya Bahasa Al-Qur’an”. Kupersembahkan buku tersebut bagi siapapun yang serius belajar Bahasa Al-Qur’an secara gratis tanpa harus membayar serupiahpun.
Proses menuliskan buku ini menghabiskan waktu selama empat bulan penuh selama masa liburan di musim panas, disaat teman-temanku asyik menikmati masa liburan panjang, kunikmati masa menulis didepan layar laptop berjam-jam dari pagi hingga sepertiga malam. Saat menuliskannya, ada kenangan tersendiri yang membekas didalam benak, mulai dari keluar masuk rumah sakit akibat kelelahan dan kekurangan cairan, sampai pada akhirnya mataku minus dan harus memakai kacamata akibat menulis berjam-jam di depan layar laptop.
“Tak apa, namanya juga berjuang” ucapku sambil tersenyum berkali-kali.
Inilah pengalaman berhargaku selama kuliah satu tahun di Libya. Akan ada banyak lagi rintangan dan pengalaman yang menanti di tiga tahun kedepan.
Tidak mudah memang bagi seorang anak muda apalagi Perempuan menempuh hidup di negri orang, menahan rindu dari kejauhan untuk bertemu dengan keluarga tersayang.
Tapi apalah daya, kadang pengalaman dan keilmuan harus selalu diperjuangkan. Caraku memandang perjalanan dalam menuntut ilmu ini adalah dengan berjihad fii sabiilillah. Jihad yang memang harus diperjuangkan dan diselesaikan dengan kemenangan.
Dan Allah katakan dalam surah Al-hajj ayat ke 78 “dan berjuanglah kamu dijalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad. Dia telah memilihmu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu”.
Percayalah akan janji Allah itu, dan jangan pernah takut berjuang kawan karna sesungguhnya Allah tidak akan pernah ingkar janji terhadap hamba-Nya.
Dan ada satu hadits yang selalu kupegang dari awal berjuang sampai saat ini adalah “Barang siapa yang menginginkan kesuksesan dunia maka hendaklah dia bersama Al-Qur’an, barang siapa menginginkan kesuksesan akhirat maka hendaklah ia bersama Al-Qur’an dan barang siapa yang menginginkan kesuksesan pada keduanya hendaklah ia bersama Al-Qur’an”
Dari hadist ini kukatakan pada kalian yang sedang berjuang “Jangan pernah kau tinggalkan Al-Qur’an karna ia adalah sebaik-baiknya tujuan, pencerah masa depan dan sumber kemuliaan dalam kehidupan”
Selamat berjuang!
Latifah Ainun Qolbi, usia 23 tahun. Alhamdulillah, sudah memiliki karya tulis dengan judul 3M (Menghafal, Muraja’ah, Mutqin) dan Rumus mudahnya Bahasa Al-Qur’an. Saat ini sedang menuntut ilmu di Tripoli, Libya. Mohon doakan penulis agar selalu istiqomah dalam kebaikan dan semoga Allah selalu mengalirkan keberkahan bagi penulis dan pembaca semuanya.
Tripoli, Libya
15 Agustus 2024 pukul 02.25 GMT
Komentar