PROFIL
Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia
(KKMI)
2008-2009 M/1229-1230 H
1. PEMBUKAAN
Indonesia
yang terkenal dengan kemajemukannya memiliki cerita tersendiri tentang
mahasiswanya. Mahasiswa yang sejak awal kemerdekaan RI memberikan kontribusi
positif bagi perkembangan nasional, perlahan menjelma menjadi komunitas sosial
paling kritis dan peka terhadap perubahan. Hal ini tentu saja adalah berkah
demokrasi Indonesia yang senantiasa menuju kea rah yang lebih baik. Di tengah
iklim kondusif Indonesia, mahasiswa juga tidak boleh kehilangan identitasnya
sebagai sebuah komunitas yang mempunyai
tugas prioritas sebagai pencari ilmu agar mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan tanah air. Tanggung jawab akademis dan sosial adalah konsekuensi
logis dari perannya sebagai mahasiswa.
Mahasiswa
Indonesia yang belajar di luar negeri memiliki identitas, peran, dan tanggung
jawab yang hampir sama. Bahkan, dengan iklim luar negri yang membuat mahasiswa
lebih luas dalam bersentuhan dengan dinamika dan beragam kebudayaan dunia yang
plural akan membentuk karakter khas dan memiliki tanggungjawab yang lebih besar.
Walaupun jumlahnya minoritas, tumpuan dan harapan masyarakat Indonesia terhadap
mahasiswa sangatlah besar.
Adalah
mahasiswa Indonesia di Libya, sebagai bagian dari komunitas mahasiswa Indonesia
yang berada di luar negeri dan termasuk aset bangsa yang memiliki dinamika dan peran
tersendiri. Mahasiswa Indonesia di Libya, sebagai sebuah contoh komunitas
aktifis bangsa dan juga pencari ilmu senantiasa berusaha untuk mewujudkan
idealita kemahasiswaan. Keberadaannya walaupun dalam jumlah terbatas, tetap
memiliki dinamika dan ciri khas sendiri. Lembaga akademis (organisasi)
kemahasiswaan Indonesia yang mereka bentuk merupakan bukti nyata yang konkrit
atas upaya kerja mereka. Dengan demikian seluruh aspirasi, inspirasi, dan kreativitas mahasiswa dapat tersalurkan
dengan manajemen yang tersedia di dalam organisasi tersebut.
Di sisi
lain, organisasi mahasiswa Indonesia Libya juga merupakan suatu wadah keilmuan,
pusat pembinaan dan pengembangan yang efektif bagi mahasiswa demi menciptakan
insan muslim akademis, beramal, berkepribadian, dan bertanggung jawab. Selain
itu, diharapkan bisa berfungsi sebagai pemersatu kehidupan bermasyarakat dalam
rangka menggalang Ukhuwah Islamiyah di kalangan mahasiswa Indonesia khususnya,
dan mahasiswa luar asing serta masyarakat Indonesia di Libya pada umumnya.
2. LATAR
BELAKANG
Libya
adalah sebuah negeri sosialis. Ketika tahun 1987 diberlakukan embargo terhadap
Libya sebagai akibat dari konflik politis, mulailah Libya dikucilkan dalam
pergaulan dunia internasional, bahkan dikenal sebagai negeri teroris. Sebagai
efek langsung maka kristalisasi karakter sosialistik Libya semakin mapan,
dimana alasan-alasan keamanan dan politis selalu menjadi dasar utama dalam
mengambil sikap. Semua perangkat yang berkenaan dengan kepentingan umum secara
langsung berada di bawah kontrol dan kekuasaan pemerintah dengan alasan sama.
Demikian pula kontrol diadakan sampai ke tingkat sosial terendah seperti
penduduk biasa dan mahasiswa.
Tindakan
proteksi nyata dilakukan dimana–mana, umpamanya kebebasan berpolitik,
memperoleh informasi dan menyatakan pendapat tidak diberi saluran secara wajar.
Kondisi politik seperti ini menghasilkan suatu masyarakat yang juga tertutup,
saling curiga dan sensitif. Dalam suasana seperti inilah mahasiswa Indonesia
hidup dan bersosialisasi di Libya.
Libya
yang protektif terhadap negara asing, membuat informasi mengenai pendidikannya
pun sangat terbatas. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 1997, meskipun
sesungguhnya kedutaan Libya telah dibuka di Jakarta pada tahun 1992. Pada tahun
itu pengiriman mahasiswa mulai koordinatif dengan organisasi sosial keagamaan
di Indonesia, seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al-Wasliyah, dan lain-lain.
Setelah
dicabutnya embargo pada tahun 2003 dengan kesediannya untuk menyelesaikan
kasus-kasus teroris yang pernah dilakukannya, Libya mulai membangun hubungan
kembali dengan dunia internasional. Hal ini memberikan dampak positif terhadap
segala aspek, politik, ekonomi, sosial dan pendidikan.
Dengan
peran aktifnya Libya di bidang kemanusian serta kerjasamanaya di kancah
internasional, menjadi bukti nyata akan keinginannya untuk semakin maju dan
terbuka. Gelar negeri teroris pun mulai pudar dengan terhapusnya Libya dari daftar
negara-negara penyokong teroris. Semua ini membuat mata dunia semakin
terbelalak dan mulai tertarik untuk menjalin kerjasama dalam berbagai bidang.
Maka terciptalah Hubungan dalam bidang pembangunan, ekonomi, sosial, politik, pendidikan,
yang terlihat dengan berdatangannya tamu-tamu negara ke Negeri Hijau ini, baik
itu tokoh politik maupun agama.
Perguruan
Tinggi di Libya yang menjadi tujuan belajar mahasiswa Indonesia sampai saat ini
adalah Kuliah Da'wah Islamiah yang terletak di Ibukota Libya Tripoli. Kuliah
Da'wah adalah sebuah lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Jam’iyah
Da'wah Islamiyah yang didirikan pada tahun 1974. Jam’iyah Da'wah sendiri
didirikan pada tahun 1972. Kuliah Da'wah adalah sebuah institut Da'wah yang
memfokuskan mahasiswanya pada pendidikan Da'wah untuk mencetak alumni-alumninya
sebagai da'i (muballigh) yang kapabel
dan berdedikasi tinggi, dan juga merupakan satu-satunya PT di Libya yang
mengkhususkan diri mendidik mahasiswa asing yang datang dari sekitar 98 negara
di dunia. Pada awal tahun pembukaannya, mahasiswa Indonesia sudah mulai ada
yang belajar di tempat tersebut, walaupun jumlahnya sedikit. Hal ini disebabkan
kebijakan pemerintah
Jumlah
mahasiswa yang belajar di Kuliah Da'wah berkisar 900-an mahasiswa. Mayoritas
pelajar datang dari Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara beberapa dari Eropa dan Amerika Latin. Karena lembaga ini berorientasi pada pembinaan
Da'wah maka mahasiswa tidak terlalu diarahkan untuk menguasai disiplin ilmu
bidang tertentu sebagai spesialisasi. Karena itu pula jumlah mata kuliah yang
diajarkan dalam setiap tahunnya cukup banyak, yaitu berkisar antara 15-16 mata
kuliah. Akan tetapi setiap individu dari para mahasiswa berusaha dengan
semaksimal mungkin agar memperoleh yang akan ia bawa sebagai bekal ketika
pulang ke tanah air ketika lulus dari Kulliyah ini. Ilmu dibangku kuliah saja
bukanlah sebagai jaminan akan keberhsilan seseorang di masa depan. Banyak kita
dapatkan para tokoh-tokoh terkemuka di Nusantara yang mana tingkat
pendidikannya sangat tinggi serta memperoleh nilai yang luar biasa bagusnya,
akan tetpai bila tidak diimbangi dengan perilaku atau akhlak, maka itu semua
tidak akan ada artinya.
Kuliah
Da'wah memberikan fasilitas yang cukup memadai bagi para mahasiswa semenjak
diterimanya mereka melalui ujian di negara masing-masing. Calon mahasiswa
mendapat biaya akomodasi seperti tiket dan fiskal. Bangunan kuliah Da'wah
berada satu kawasan dengan kantor Jam’iyah Da'wah itu sendiri. Semua aktifitas mahasiswa
dilaksanakan dalam lingkungan Kuliah yang fasilitas pendidikannya dibangun
secara integrated. Jadi lingkungan Kuliah mencakup kampus, perpustakaan,
masjid, asrama, rumah makan, Bank, kantin, sarana olahraga, aula pertemuan dan
klinik sederhana. Para mahasiswa mendapat pelayanan gratis mulai tempat
tinggal, makan, buku, kursus dan uang saku.
Organisasi ini dinamakan KKMI (Kesatuan
Keluarga Mahasiswa Indonesia) Karena eksistensi KKMI sebagai lembaga
kekeluargaan mahasiswa Indonesia Libya yang mencerminkan keuniversalan Islam
dan Bineka Tunggal Ika. Hal ini diindikasikan dengan keberagaman anggota KKMI
itu sendiri, baik secara tanah kelahiran, suku, budaya, basic pendidikan sampai
ORMAS Islam Indonesia yang merekomendasikan anggota KKMI untuk melanjutkan pendidikan
di Libya Mahasiswa Indonesia cukup beragam.
Jumlah mahasiswa yang ada saat ini adalah 107
orang. Keseluruhan mahasiswa berasal dari berbagai latar belakang organisasi
yaitu : MUI, Muhammadiyah, PERSIS, Al-Irsyad, NU dan Jam’iyah Washiliah. Dari
segi latar belakang pendidikan umumnya mereka adalah lulusan pesantren.
Demikian juga keragaman daerah asal yaitu : Sumatera (Medan, Padang, Riau dan
Bengkulu), Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Lombok,
serta Irian Jaya Seluruh mahasiswa Indonesia di Kuliah Da'wah terkumpul dalam
wadah organisasi yang menjadi lokomotif utama dinamika mahasiswa Indonesia.
Organisasi mahasiswa Indonesia di Libya ini
pada mulanya bernama Persatuan Pelajar Indonesia di Libya (PPI-Libya). Dan pada tanggal
2 Rabi’ul Awal 1418 H bertepatan dengan hari Senin 7 Juli 1997 M berubah
nama menjadi KKMI. Tujuan didirikannya organisasi ini selain untuk mewadahi
seluruh dinamika mahasiswa, juga menjadi pelindung bagi mahasiswa Indonesia.
Disamping organisasi ini juga menjadi jalur penghubung antara mahasiswa
Indonesia dengan dunia luar, dimana kontak-kontak dengan berbagai lembaga dan
organisasi kemahasiswaan diadakan melalui organisasi ini.
4. TUJUAN
Adapun tujuannya Sebagai berikut:
قال جلّ
ثنا ؤه : وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kalian
semua pada tali (agama) Allah, dan
jangnalah kamu bercerai berai.” (QS :3, Al-Imran : 103)
وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan.” (QS:Al-Maidah : 2)
Sebagai representasi kalam Ilahi di atas, maka
KKMI berupaya memfasilitasi mahasiswa Indonesia Libya untuk menjalin Ukhuwah
Islamiyah. Dengan demikian KKMI akan semakin mudah mengarahkan anggotanya menjadi insan akademis yang beriman, beramal,
bertanggung jawab dan bertakwa kepada Allah SWT yang pada akhirnya KKMI dapat
mencetuskan kader-kader islami penerus perjuangan dan perkembangan ummat,
bangsa dan negara sehingga terpelihara harkat serta martabat agama dan bangsa.
Kepedulian KKMI terhadap dunia keilmuan dan
kreativitas tidak hanya terfokus pada pengembangan kualitas dan potensi anggota
bahkan mencoba melebarkan sayapnya dan mensosialisasikan eksistensinya kepada
seluruh masyarakat Indonesia yang tinggal di Libya. Adanya kegiatan keagamaan
di kalangan masyarakat Indonesia Libya merupakan bukti kepedulian KKMI dalam
mencerdaskan kehidupan umat.
5. KEPENGURUSAN DAN KINERJA KKMI
Organisasi ini secara hierarki struktural
terdiri dari:
1.
MPA (Majelis Permusyawaratan Anggota)
2.
DK (Dewan Konsultatif)
3.
DPI (Dewan Pengurus Inti)
4.
BO(BadanOtonom)
Secara
sederhana, MPA adalah perwakilan mahasiswa yang dikomandoi oleh Ketua,
Sekretaris, Bendahara, dan 4 Anggota. Dewan Konsultatif sesuai namanya adalah
dewan yang difungsikan sebagai tempat konsultasi DPI dalam mengambil kebijakan
organisasi. DPI ibarat badan eksekutif yang berperan secara aktif dalam mengambil
segala keputusan dan kebijakan organisasi ini.
KKMI
mengalami pergantian pengurus setiap satu tahun sekali sesuai dengan aturan
yang termaktub dalam AD/ART KKMI. Jumlah anggota yang terus bertambah serta
semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi, maka KKMI pun sering melakukan
bongkar-pasang departemen. Untuk tahun ini tercatat ada 9 departemen yang ada
di bawah Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Departemen-deartemen tersebut adalah
: Pendidikan dan Kepustakaan, Da’wah, Humas, Olahraga dan Seni, Kaderisasi,
Media dan Informasi, Kesejahteraan, Dana dan Usaha, dan Keputrian.
Kinerja
Dewan Pengurus Inti KKMI dikawal secara langsung oleh MPA yang notabene adalah
perwakilan mahasiswa dalam menyuarakan suaranya. DPI melaporkan semua aktifitas
organisasinya setiap 3 bulan sekali agar senantiasa terkontrol sekaligus
sebagai sarana evaluasi kerja guna menuju
hasil yang lebih baik.
6.
KKMI :
DINAMIKA DAN PERSOALANNYA
Mahasiswa
Indonesia cukup beragam. Jumlah Anggota KKMI yang ada saat ini (per Agustus
2008) adalah 107 orang. Keseluruhan adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai
latar belakang organisasi yaitu : MUI, Muhammadiyah, PERSIS, Al-Irsyad, NU dan
Jam’iyah Washiliah. Dari segi latar belakang pendidikan umumnya mereka adalah
lulusan pesantren. Demikian juga keragaman tanah kelahiran yaitu : Sumatera
(Medan, Padang, Riau dan Bengkulu), Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi dan Lombok.
Dari
kondisi seperti ini dapat digambarkan bagaimana kadar pluralitas komponen KKMI,
Keragaman seperti ini menjadi masalah sekaligus tantangan bersama bagi KKMI
dalam hidup berjamaah untuk bisa menyatukan perbedaan yang ada. Secara lebih
jelas kondisi onggota KKMI khususnya dan mahasiswa lain umumnya dapat
digambarkan pada poin-poin berikut :
1. Keterbatasan
dana menyebabkan beberapa rancangan pengembangan aktifitas tidak berjalan semestinya.
Adalah menjadi suatu hal yang ironis ketika mahasiswa Indonesia disini tidak
mampu merespon persoalan-persoalan aktual baik berupa kejadian-kejadian maupun
perkembangan pemikiran yang aktual di Indonesia semata-mata karena keterbatasan
finansial dimana informasi keindonesiaan umumnya bisa diakses melalui fasilitas
internet.
2. Meskipun
perpustakaan di Kuliah Da'wah terhitung sebagai perpustakaan terbesar di Libya,
tetapi minat baca mahasiswa umunya tidak begitu besar disebabkan, pertama,
tersitanya waktu untuk memfokuskan pusat perhatian kepada pelajaran di Kuliah
yang jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu rata-rata nilai yang dihasilkan
mahasiswa adalah jayyid, Jayyid Jiddan dan Mumtaz. Kedua, wacana pemikiran di
Libya atau Kuliah Da'wah sendiri yang kurang interes (cenderung statis) dan
kurang menstimulasi mahasiswa untuk menelaah buku-buku di perpustakaan.
3. KKMI
pada setiap tahunnya dipercayai untuk menjadi tenaga musiman haji. Akan tetapi
karena keterbatasan kesempatan yang diberikan (6 orang), maka pengalaman
mengunjungi Rumah Allah di Tanah Suci tidak bisa dirasakan oleh setiap anggota
walaupun sampai akhir masa pendidikannya. Apalagi jumlah mahasiswa Indonesia
semakin tahun terus bertambah.
4. Para mahasiswa
menikmati kebebasan berdiskusi dengan para Dosen tetapi dalam batas-batas yang
tidak menyentuh politik pemerintah. Mahasiswa juga diberikan kebebasan untuk
mengadakan berbagai seminar ilmiyah yang di presentasikan baik oleh Dosen,
mahasiswa Strata 1 (satu) tingkat Akhir ataupun mahasiswa Pasca Sarjana.
5. Kemajemukan
mahasiswa Kuliah D'awah Islamiyah dengan perbedaan kultur dan adat negara
menuntut mahasiswa untuk mampu beradaptasi satu sama lain. Dalam kondisi
seperti ini saling memahami dan mengerti merupakan prinsip interaksi mahasiswa
yang harus di junjung tinggi.
6. Dengan
kemajemukan mahasiswa yang ada tentunya organisai mahasiswa setiap negarapun
bersifat majemuk. KKMI yang berdiri ditengah organisai mahasiswa lainnya selalu
berusaha semaksimal mungkin menampilkan wajah Indonesia dengan sebaik-baiknya.
Baik dengan megundang pembicara dari
negara lain pada kegiatan diskusi interen KKMI ataupun berpartisipasi sebagai
pengisi kegiatan-kegiatan yang di laksanakan pihak kuliahatau lembaga negara.
7. Keberadaan
KBRI Libya yang menjadi pelindung KKMI. sangat memudahkan akses KKMI dengan
masyarakatIindonesia Libya, bahkan kontritribusi yang diberikan kepada KKMI
dapat membantu kelancaran kegiatan organisasi.
8. Kejenuhan
yang yang terkadang timbul merupakan akumulasi dari berbagai persoalan diatas
yaitu, terbatasnya ruang gerak, penyaluran kreativitas yang kurang maksimal dan
juga tuntutan untuk bisa mengikuti pelajaran di kelas dengan jumlah yang cukup
banyak.
Demikianlah diantara
kondisi umum KKMI khususnya dan mahasiswa Kuliah Da'wah Islamiyah umumnya
Tripoli Libya. Hal ini selain menjadi persoalan bagi KKMI, sekaligus menjadi
tantangan atas tuntutan yang di emban komponennya untuk menjadi mahasiswa
sukses dan berhasil yang juga merupakan sesuatu hal penting yang tidak mereka
abaikan. Predikat yang mereka sandang sebagai mahasiswa Timur Tengah juga
menjadi tanggung jawab yang harus mereka emban. Maka tantangan seperti itu
membuahkan kerja keras mahasiswa dalam Proses pendidikan di Libya sehingga
menampakkan catatan hasil dan prestasi. Diantara hal yang bisa dicatat sebagai
hasil aktifitas dan dinamika KKMI di Libya adalah :
1. KKMI Kuliah
Da'wah dikenal sebagai organisasi yang paling teratur, rapih dan banyak
memiliki aktifitas dan dinamika. Hal ini dibuktikan dengan frekuensi kegiatan
internal maupun eksternal yang cukup tinggi. Kerjasama berbagai bidang baik
antar mahasiswa ataupun dengan kuliah dalam beberapa event besar nasional Libya
di Kuliah Da'wah mampu dilaksanakan oleh KKMI dengan baik.
2. Diskusi-diskusi
ilmiah yang berfrekuensi sebulan 2 (dua) kali dengan berbagai materi dan
pembicara baik yang berbahasa Indonesia maupun Arab dengan pembicara dari
mahasiswa Indonesia ataupun undangan dari mahasiswa asing di tingkat pasca
sarjana rutin kami lakanakan.
3. Penerbitan
buletin setiap 1 bulan dan majalah minimal 1 edisi/tahun sebagai sarana
penyaluran kreativitas, minat dan bakat mahasiswa Indonesia dalam bentuk karya
tulis seperti : artikel, cerpen, puisi, argumentasi, dll.
4. Prestasi
belajar yang cukup tinggi tercermin pada Taqdiir (predikat) yang diraih
mahasiswa Indonesia. Umumnya mereka berpredikat jayyid, jayyid jiddan dan
mumtaz.
5. Kontak
relasi dan kerjasama baik ilmiah maupun keorganisasian dengan berbagai PPI (Persatuan
Pelajar Indonesia) di negara lalin seperti : Mesir, Iraq, Suriah, Pakistan,
Yordania, Yaman, Tunisia dan lain-lain.
6. Pembinaan
anak-anak dan remaja juga menjadi fokus kegiatan KKMI. Pola fikir Islami,
kemampuan membaca Al-quran, penanaman akidah Islamiyah, pendidikan akhlakul
karimah menjadi materi-materi khusus yang di sajikan KKMI.
7. Perhatian
KKMI terhadap olahraga dan seni juga cukup besar. Untuk tahun ini KKMI
dipercaya untuk menyelenggarakan Asian Games 2008.
8. Sebagai
bagian dari rakyat Indonesia, KKMI juga berpartisipasi aktif dalam hampir
seluruh kegiatan bernafaskan cinta tanah air.
7. PENUTUP
Demikianlah tulisan ini kami persembahkan
sebagai gambaran secara umum mengenai organisasi KKMI (Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia) yang
berada di Tripoli Libya sebagai bahan rujukan dari berbagai pihak, serta dapat
memberikan manfaat yang sebesar besarnya.
Komentar