Tahun Ajaran Baru 1436/1437 H, Apa Bekalmu ?
Oleh : Muhammad Hilmi
Rihlah ilmiah ini
akhirnya di mulai dan di lanjutkan kembali di ahad 18 Oktober 2015. Baik mereka
yang memulai perjalanan baru di bangku kuliah usai menamatkan kelas persiapan
ataupun mereka yang melanjutkan kembali perjalanan mereka di kuliah semuanya
sama-sama berbekal semangat baru.
Dari berbagai
strata pendidikan - kelas persiapan, undergraduate, master dan doktoral - tak
kurang dari empat ratus sekian jumlah
total mahasiswa Kulliyyah Da’wah Islamiyyah saat ini. Dari total jumlah
tersebut, mahasiswa Indonesia hanya menyumbang angka 6,8% dengan komposisi sebagai berikut:
Ø kelas persiapan : 2 mahasiswa
Ø kuliah tahun I : 4 mahasiswa
Ø kuliah tahun II : 8 mahasiswa
Ø kuliah tahun
III : 5 mahasiswa
Ø kuliah tahun IV : 3 mahasiswa
Ø Alumni 1436 H : 4 mahasiswa
Ø Master : 1
mahasiswa
Ø Doktoral : -
Keberagaman latar
belakang pendidikan, kampung halaman, impian serta tanggung jawab sosial yang
akan di emban kelak menimbulkan keberagaman sikap serta tindakan dalam
menyikapi dan menyambut tahun ajaran baru ini, yang berarti berbeda pula bekal
yang disiapkan oleh masing-masing individu mahasiswa.
Seperti yang di sampaikan oleh Zaki Imamuddin mahasiswa fakultas syari’ah sekaligus salah
seorang anggota senior KKMI “Perbarui
niat, tetapkan target di tiap fase agar perjalanan lebih terarah, mengevaluasi
ulang target-target sebelumnya dan berusaha memperbaikinya kembali saat ini dan
terakhir إنّ حسن علاقتك
بالله من أكبر عوامل نجاحك hendaknya agar setiap individu tidak
melupakan bekal ruhaniah seperti shalat berjamaah dan membaca Al Qur’an".
Di hubungi di tempat lain, Abdul Muqit seorang mahasiswa Indonesia
yang baru saja menamatkan kelas persiapan bahasanya dan kini mulai memasuki tahun
1 kuliah juga menambahkan “Selain memperbarui niat, menetapkan target tahunan,
minta doa dari para kerabat, akan elok jika para penuntut ilmu menengok kembali
pesan Imam Syafi’i tentang 6 hal yang wajib di jadikan bekal selama perjalanan
menuntut ilmu; “Kecerdasan, ketamakan dalam menuntut ilmu, bersungguh-sungguh,
harta, adanya para guru dan asatidz, serta yang terakhir adalah bahwa ilmu
tidak bisa di peroleh dengan cara instan tapi ia membutuhkan waktu yang lama”.”
Bukan perkara
mudah memang untuk meneguhkan diri dan memantapkan niat bertahan dan menuntut
ilmu di tanah rantau, di butuhkan setidaknya guyuran-guyuran doa rutin dari
orang tua serta rintik-rintik motifasi dan dorongan positif dari orang-orang
maupun instansi terdekat di sekitar kita - orang tua, sahabat, istri, keluarga,
KBRI dan pihak kampus itu sendiri - untuk membuat kita tetap tegar berdiri menjaga
mimpi tetap menyala.
Di belahan bumi
manapun kita menuntut ilmu, bahwasannya ilmu adalah ditangan Allah, dan Ia
memberikannya kepada siapapun yang Ia kehendaki dari hamba-hambaNya. Kita
memohon dan meminta kepada Allah yang Maha Mengetahui agar melimpahkan cahaya
dan ilmu-Nya kepada kita semua.
Komentar