Mengoptimalkan fungsi Do’a
Mengoptimalkan fungsi Do’a
Oleh : Riyadi S Harun
Secara etimologi, kata Do’a berasal
dari Bahasa Arab ( دعا –
يدعو – دُعاءً و دَعْوَةً ) yang dalam kamus Al-Munawwir berarti meminta atau memohon.
Permohonan atau permintaan yang dimaksud disini tidak lain merupakan sebuah permintaan
yang berasal dari seorang hamba kepada tuhannya dan disini tidak menjadi suatu
kewajiban bagi Allah untuk mengabulkannya. Sedangkan permintaan yang berasal
dari tuhan kepada hambanya disebut dengan الأَمْرُ(perintah). Sebagai
makhluk, kita wajib menjalankan setiap perintah-Nya, dalam sebuah kaidah
disebutkan الأصل
في الأمر للوجوب (menurut asalnya, perintah
itu adalah untuk mewajibkan). Adapun permintaan atau permohonan sesama makhluk
disebut juga dengan iltimas. Dengan kata lain, Do’a berarti
permohonan atau permintaan dari derajat yang rendah (Manusia) kepada derajat
yang tinggi (Allah), Amru (perintah) adalah permintaan dari derajat yang
tinggi kepada yang rendah dan iltimas adalah permintaan sesama makhluk
(sama derajat).
Dalam tulisan ini, penulis ingin
mengajak rekan-rekan sekalian agar lebih mengoptimalkan fungsi daripada do’a,
bukankah dalam surat Al-Baqarah ayah 186 Allah SWT telah berfirman :
وإذا سألك عبادى عنّى فإنى قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان
فليستجيبوالى وليؤمنوابى لعلهم يرشدون (186)
Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdo’a apabila ia berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam keenaran”. (186)
Dalam ayat tersebut, Allah berfirman
yang bahwasanya Allah akan mengabulkan permohonan orang-orang yang memohon
kepada-Nya dengan syarat kita telah memenuhi perintah-Nya dan senantiasa
beriman kepada-Nya. Walau bagaimanapun, Allah lebih mengetahui tentang kita
daripada kita sendiri begitu juga dengan hajat kita, sehingga kita dituntut
untuk bersabar dalam menunggu terkabulnya do’a karena bisa saja Allah
akan mengabulkan do’a kita setelah beberapa saat atau Allah akan menunda
permintaan kita pada waktu yang telah Beliau tentukan atau bahkan Allah akan
memberikan apa yang kita inginkan tersebut nanti disaat kehidupan dunia sudah
kita tinggalkan.
Hal yang terpenting dalam berdo’a adalah memiliki keyakinan akan
apa yang kita doakan. Keyakinan inilah yang terkadang sering kita nomorduakan sehingga
kita masih ragu kepada apa yang kita do’akan atau yang lebih parahnya lagi kita
ragu untuk berdo’a.
Dalam kitab ad-Du’a wal ‘Ilaj Minal Kitab wa Sunnah karya
Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthaniy menyebutkan beberapa adab agar do’a terkabul,
diantaranya:
1.
Memurnikan niat untuk Allah (Ikhlas liAllah ta’ala).
2.
Diawali dengan pujian dan sanjungan kepada Allah SWT, kemudian
shalawat kepada nabi SAW. Demikian pula disaat mengakhiri do’a.
3.
Mantap dalam berdo’a dan yakin akan terkabulnya.
4.
Memohon dengan penuh kerendahan dan tidak tergesa-gesa.
5.
Hati benar-benar hadir.
6.
Tetap berdo’a, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan
kesulitan.
7.
Tidak memohon kecuali hanya kepada Allah.
8.
Tidak memohon keburukan atas keluarga, harta, anak maupun diri
sendiri.
9.
Melembutkan suara dalam berdo’a, antara perasaan takut dan suara
keras.
10.
Mengakui dosa-dosa yang telah diperbuat dan meohon ampunan serta
mengakui atas segala kenikmatan dan mensyukurinya.
11.
Tidak mereka-reka rangkaian kata dan bersajak dalam memanjatkan
do’a.
12.
Penuh ketundukan, kekhusyukan, pengharapan serta kecemasan.
13.
Membuang segala kezhaliman, disertai dengan taubat.
14.
Diulang-ulang sebanyak tiga kali.
15.
Menghadap kiblat.
16.
Mengangkat kedua tangan.
17.
Apabila tidak ada kesulitan, sebaiknya berwudhu sebelum berdo’a.
18.
Dalam do’a tidak ada unsur permusuhan.
19.
Apabila berdo’a untuk orang lain, hendaknya dimulai dulu untuk
dirinya sendiri.
20.
Hendaknya bertawassul (menggunakan perantara) kepada Allah
dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya Yang Mulia, dengan amal sholeh yang telah
dia kerjakan maupun dengan mendo’akan orang sholeh yang masih hidup dan yang
semasa dengannya.
21.
Hendaknya segala yang dimakan, diminum maupun yang digunakan
merupakan barang yang halal.
22.
Tidak berdo’a dengan dosa maupun memutuskan tali silaturahim.
23.
Hendaknya menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.
24.
Menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Sebagai hamba, tidak
selayaknya kita berprasangka buruk kepada Allah hanya karena Allah belum
menjawab do’a-do’a kita. Mungkin Allah sedang menguji kesabaran kita
atau kita sedang mengikuti ujian kenaikan iman. Oleh karena itu, bersabarlah!
Karena akhir dari sebuah kesabaran pasti ada kenikmatan.
Komentar