MEREKA BERBICARA TENTANG INDONESIA
Dari Sabang sampai Merauke di penuhi pulau demi pulau dan lautan
yang luas. Suatu negeri yang elok dan kaya akan Sumber Daya Alamnya. Dihuni
oleh ratusan juta manusia dengan beraneka ragam suku, bangsa, bahasa, budaya dan
agama. Itulah Indonesia dengan kekayaannya yang sangat melimpah dan beraneka
ragam macamnya. Zamrud Khatulistiwa menjadi gelar yang pantas disandang negeri
ini. Paling tidak, itulah indonesia. Negeri kita dengan sejuta pesona dan
fenomena. Nusantara yang luas dan kaya dan kita pun patut bangga karena
terlahir di negeri ini.
Berbicara tentang Indonesia tentunya tak asing lagi bagi kita
tentunya sebagai orang Indonesia. Namun apakah kita banyak tahu bagaimana orang
lain mengenal negeri ini? Seberapa terkenalkah bangsa kita dimata orang lain? Mungkin
kita boleh saja bangga dengan negeri ini. Negeri yang sangat besar dan tanah
surga katanya. Negeri yang berpenduduk muslim terbesar di dunia dan hal ini
tentunya patut disyukuri oleh umat islam.
Saya sebagai salah satu mahasiswa di International Islamic Call
College Tripoli, Libya. Sebuah universitas Studi Islam dan di dalamnya khusus
dipenuhi oleh mahasiswa asing dari berbagai negara di dunia. Mulai dari
negara-negara di benua Afrika, Asia, Eropa dan Amerika semuanya berkumpul dan
tinggal satu atap satu sama lainnya terdiri sekitar 40 negara dari belahan
dunia. Dari situ saya sering berinteraksi setiap harinya dengan mereka.
What they say about indonesia?
Pertama, kebanyakan yang terbesit dalam benak mereka adalah bahwa
indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Contoh,
ketika saya sedang jalan-jalan di beberapa sudut kota Tripoli dan kebetulan
sempat berbincang-bincang dengan orang libya lantas mengetahui bahwa saya
berasal dari indonesia and they say ”mia mia” ya (artinya : bagus sekali)
karena mereka tahu bahwa Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk
muslim di dalamnya. Begitu pun dengan para mahasiswa yang ada di sini, karena
mereka sejak dulu sudah mendengar kebesaran Indonesia dengan jumlah muslimnya
yang sangat banyak.
Kedua, warga kampus yang terdiri dari jajaran dosen, pengurus,
mahasiswa bahkan para pekerja pun secara umum menilai bahwa orang-orang
indoesia sangat santun, murah senyum dan mudah untuk bergaul dengan siapa pun
dan dari negara manapun. Bahkan beberapa dari mereka seperti mahasiswa yang
berasal dari Afganistan, Ghana, Malawi, Ginea, Pakistan dan yang lainnya sempat
saya tanya tentang orang-orang indonesia yang mereka kenal. Oleh karena itu
mereka sangatlah senang bergaul dan bersahabat dengan kita. Tentunya ini
mempunyai nilai tersendri di mata bangsa lain. Dan juga menjadi sebuah
kebanggaan bagi Indonesia. Karena, secara otomatis akan terus membawa trend
positif bagi Indonesia di mata Internasional.
Ketiga, dalam hal pakaian dan makanan. Tentunya kita tahu batik
merupakan salah satu warisan kebudayaan yang kita miliki. Dan juga Indonesia
yang kaya akan rempah-rempah sehingga menghasilkan beraneka ragam menu makanan.
Mungkin sebagian dari kita tahu bahwa dulu presiden Soekarno pernah
menghadiahkan batik kepada Nelson Mandela. Ternyata baju batik itu cukup
menarik perhatian mahasiswa-mahasiswa dari negara-negara Afrika. Makanya, tak
heran jika mereka yang sengaja menitip untuk dibelikan baju batik ketika ada
mahasiswa Indonesia yang hendak pulang ke tanah air.
Peluang ini tentunya dimanfaatkan oleh sebagian mahasiswa Indonesia
yang kebetulan pulang ke tanah air dan memborong baju batik untuk dijual
kembali disana. Hal ini tentunya jika diapresiasi lebih jauh bahwa indonesia
bisa memainkan perannya dalam mengenalkan fashion asli indonesia. tak menutup
kemungkinan produk pakaian khas Indonesia bisa meluas dan lebih mendunia.
Kemudian yang menarik perhatian adalah, tidak sedikit para
mahasiswa asing lainnya yang menyukai menu masakan indonesia. Memang tidak
banyak menu yang ditawarkan karena hanya sebatas menu sederhana seperti nasi
goreng, yang sering dibuat oleh beberapa mahasiswa Indonesia di luar negeri.
Bahkan ketika saya bertemu dengan orang Libya yang sudah pernah tinggal di Indonesia
ternyata sangat menyukai nasi goreng. Sepintas terlihat sepele namun merupakan
sebuah opportunity untuk mengenalkan lebih jauh kuliner Indonesia. Harus
diakui, walau negeri kita kaya akan kulinernya namun belum bisa bersaing dengan
restoran-restoran cina yang ada dimana-mana.
Keempat, dunia pendidikan. Kenyataan yang saya dapati selama saya
di International Islamic Call College Tripoli, sampai saat
ini bahwa universitas-universitas di negeri jiran, Malaysia lebih
dikenal daripada universitas-universitas yang ada di Indonesia. Sebagian dari
mereka bilang bahwa akses untuk studi di Malaysia lebih mudah dijangkau di
banding ke Indonesia. bahkan tidak sedikit yang kurang informasi tentang hal
ini. Tentunya untuk membenahi pembangunan dan peningkatan pendidikan dalam
negeri saja masih belum maksimal, apalagi harus menampung para pelajar-pelajar asing.
Data Statistik menunjukkan bahwa indonesia hanya menjadi tujuan bagi
3.023 mahasiswa asing. Sementara
Malaysia mencapai 41.310 mahasiswa asing (hampir 14 kali lipat) pada tahun 2009
(sumber: UNESCO Institute for Statistics (UIS)). Sementara kita masih
mabuk dan terbuai dengan fakta sejarah, bahwa kita pernah mengirim guru ke
Malaysia. Tak sedikit orang masih bangga dengan lulusan luar negeri ketimbang
dari dalam negeri itu sendiri. Tentunya hal ini masih menjadi PR besar kita
semua, terutama bagi Pemerintah dan pakar-pakar pendidikan yang ada.
Mungkin saatnya jika bangsa ini mau berjuang lebih keras lagi niscaya akan
menjadi center of education and ability. Orang-orang asing akan
bangga dengan gelar akademik yang didapat di Indonesia.
Kelima, sektor wisata. Hal ini juga
tidak luput dari perbincangan mereka tentang Indonesia. Entah bagi yang
sudah mengetahui tentang Alam indonesia ataupun sebatas searching dari google,
melalui pelajaran Geografis tentang negara-negara Islam dan juga sebatas
obrolan-obrolan sehari-hari. Hal ini setidaknya memberikan gambaran bagi mereka
tentang destinasi wisata nusantara yang tentunya banyak sekali tempat-tempat
dengan pemandangan yang luar biasa indahnya.
Senada dengan hal itu bahwa sejak dulu pun alam Indonesia sudah
diakui keindahannya dan seolah memang layak untuk disebut Tanah Surga. Hal ini
di tuturkan pula oleh salah satu ulama asal Suriah, Ali Tantowi yang mengarang
kitab tentang alam Indonesia dan penduduknya “Suwar min Indonesia”
(potret-potret alam Indonesia). Kunjungan ini beliau lakukan sekitar tahun enam puluhan. Ketika
menaiki kereta sambil melihat di jendela “Rasanya seperti
di bioskop karena pemandangan-pemandangan indah nampak dan berganti-ganti” ujar
beliau.
Seyogyanya peluang ini sangatlah besar bagi Indonesia karena
banyak sekali tempat-tempat wisata yang daya saingnya masih kalah dibandingkan
negara-negara lainnya. Tidak menutup kemungkinan tempat-tempat yang lain pun
seperti Kuningan, Ciamis, Bogor dan lainnya akan menyamai Bali dan Lombok. Sehingga
dalam hal ini Indonesia menjaga target wisata nomor wahid di dunia.
Sebagai mahasiswa rantau di salah satu negara di Benua Afrika. Saya
dan teman-teman yang lainnya sangatlah bangga menjadi bagian dari bangsa ini.
Bangsa yang besar dan sangatlah kaya. Bangsa yang dikagumi oleh orang lain.
Mungkin orang tidak akan begitu tahu bahwa Indonesia
sangatlah besar dan kaya. Maka kami melihatnya dari jauh, kami bisa
membandingkan dengan yang lainnya dan semakin tersadar akan pentingnya
pembangunan bagi bangsa ini, entah pendidikan, wisata, kuliner, fashion dan
yang lainnya. Bermula dari cinta dengan identitas kita, cinta dengan budaya
kita, cinta dengan produk asli kita. Dan peranan pemerintah sangatlah urgen
dalam menggali potensi-potensi yang ada.
Sejarah kebesaran Majapahit dahulu tidaklah cukup menjadikan kita
bangga karena orang lain tidak akan peduli tentang itu. Pada kenyataannya
sekarang kita layaknya Singa yang masih tertidur pulas. Sudah semestinya kita banyak
berkaca dan belajar dari bangsa lain. Kalau bukan kita siapa lagi, kalau tidak
sekarang kapan lagi. Jangan sampai anak cucu kita menuai kesengsaraan di hari
kemudian. Wassalam
Penulis: Agus Mujib,
Mahasiswa Semester 5 Fakultas Adab, International
Islamic Call College, Tripoli Libya.
Komentar