RENUNGAN
RENUNGAN
Andaikata kita benar-benar
dapat menempatkan diri secara tepat dalam
hidup ini, niscaya hidup ini lebih ringan, lebih tenang dan lebih berkah.
Sayang, kita kadang tidak cukup waktu untuk mengenal diri, sehingga kita merasa
lebih dari kenyataan, atau pun kita merasa lebih rendah dari apa yang Allah karuniakan.
Inilah hikmah yang ingin kita singkap dari kehidupan.
Tanamlah diri kita di dalam tanah kerendahan. Kerana setiap suatu yang tumbuh tapi tidak ditanam, maka tidak sempurna buahnya. Siapa yang merendah diri, Allah akan memuliakannya, dan sesiapa yang sombong diri, Allah akan menghinakannya.
Akar yang menghunjam ke dalam tanah membuat pohon kian kukuh, tapi pohon yang akarnya jauh dari tanah ketika disiram air, pohon itu bisa jatuh, runtuh. Makin kukuh akar mencengkeram tanah, meskipun dihempas badai, diterjang topan, ditiup angin niscaya ia tidak akan goyah. Begitulah jelasnya orang-orang yang benar-benar menikmati hidup buah dari amal, yakni orang-orang yang tawadhuk atau rendah hati.
Banyaknya amal tidak berarti selamat. Jika sebelum beramal, tipu dayanya adalah enggan beramal, kalau sebelum beramal tipu dayanya adalah niat yang salah.Ingin dipuji amal-amalnya sebagai kebaikan.
Ketika sedang beramal , cobaannya ada lagi, yaitu enggan menyempurnakan amalnya. Ingin tidak sempurna.
Ketika selesai beramal, tipu dayanya menjadi lebih besar lagi yaitu ujub, merasakan diri telah dan paling beramal. Merasa diri lebih dari orang lain amalannya. Semua ini benar-benar menodai perjuangan.
Karena itu kita dianjurkan untuk tawadhuk, agar menjadi sempurna amal-amalnya.
Ketika kita berusaha untuk meletakkan diri di bumi dengan segala kerendahan hati, perlu beberapa usaha dalam meletakkan diri sesuai dengan apa yang diinginkan agar diri tidak congkak ketika berjalan di atas muka bumi Allah ini.
Kita harus sadar bahwa yang membuat diri kita beramal bukanlah diri kita tetapi taufiq dari Allah. Seperti halnya kita bisa bersedekah, namun uangnya dari mana?
Jika kita tidak diberi rezeki oleh Allah, kita tidak akan bisa bersedekah. Sekarang kita sudah punya uang, tetapi orang sekeliling kita tidak memerlukan uang, maka kita juga tidak bisa menyedekahkan uang itu.
Tanamlah diri kita di dalam tanah kerendahan. Kerana setiap suatu yang tumbuh tapi tidak ditanam, maka tidak sempurna buahnya. Siapa yang merendah diri, Allah akan memuliakannya, dan sesiapa yang sombong diri, Allah akan menghinakannya.
Akar yang menghunjam ke dalam tanah membuat pohon kian kukuh, tapi pohon yang akarnya jauh dari tanah ketika disiram air, pohon itu bisa jatuh, runtuh. Makin kukuh akar mencengkeram tanah, meskipun dihempas badai, diterjang topan, ditiup angin niscaya ia tidak akan goyah. Begitulah jelasnya orang-orang yang benar-benar menikmati hidup buah dari amal, yakni orang-orang yang tawadhuk atau rendah hati.
Banyaknya amal tidak berarti selamat. Jika sebelum beramal, tipu dayanya adalah enggan beramal, kalau sebelum beramal tipu dayanya adalah niat yang salah.Ingin dipuji amal-amalnya sebagai kebaikan.
Ketika sedang beramal , cobaannya ada lagi, yaitu enggan menyempurnakan amalnya. Ingin tidak sempurna.
Ketika selesai beramal, tipu dayanya menjadi lebih besar lagi yaitu ujub, merasakan diri telah dan paling beramal. Merasa diri lebih dari orang lain amalannya. Semua ini benar-benar menodai perjuangan.
Karena itu kita dianjurkan untuk tawadhuk, agar menjadi sempurna amal-amalnya.
Ketika kita berusaha untuk meletakkan diri di bumi dengan segala kerendahan hati, perlu beberapa usaha dalam meletakkan diri sesuai dengan apa yang diinginkan agar diri tidak congkak ketika berjalan di atas muka bumi Allah ini.
Kita harus sadar bahwa yang membuat diri kita beramal bukanlah diri kita tetapi taufiq dari Allah. Seperti halnya kita bisa bersedekah, namun uangnya dari mana?
Jika kita tidak diberi rezeki oleh Allah, kita tidak akan bisa bersedekah. Sekarang kita sudah punya uang, tetapi orang sekeliling kita tidak memerlukan uang, maka kita juga tidak bisa menyedekahkan uang itu.
Ada juga manusia yang bersedekah,
tetapi dengannya membuat hatinya menjadi ujub dan sombong. Oleh karena itu,
kita perlu tahu bahwa rangkaian amal ini hanya Allah yang bisa membuat kita
untuk menunaikannya.
Tidak usahlah diingat-ingat, disebut-sebut amal kita karena Allah-lah yang membuatkan kita bisa beramal.
Tidak usahlah diingat-ingat, disebut-sebut amal kita karena Allah-lah yang membuatkan kita bisa beramal.
Penulis: Alvan Satria
Komentar