Masjid kulliyah dakwah, Tripoli Libya.
Biografi Ulama
Imam Al-Buwaithi,
sebuah Keteguhan dan Kesabaran.
Oleh: adi rahman
hakim
(Mahasiswa
islamic call college, tripoli, libya)
Nama lengkapnya Yusuf
bin Yahya bin Ya’qub Al-Buwaithi. Al-Buwaithi dinisbatkan kepada sebuah daerah
di Mesir yang bernama Buwaith. Ketika Imam Syafi’i rihlah ke Mesir, Al-Buwaithi
selalu membersamainya hingga ia mampu mendulang pundi-pundi ilmu yang begitu
banyak dari Sang Imam.
Al-Buwaithi memiliki
kepribadian yang luhur, ia adalah seorang yang zuhud dan wara’, ia juga seorang
mujtahid. Banyak dari penuntut
ilmu berguru padanya bahkan dalam sebuah riwayat dikatakan muridnya mencapai jumlah
yang fantastis yaitu sekitar 10.000 penuntut ilmu yang berasal dari dalam Mesir
maupun luar. Al-Buwaithi juga termasuk penyebar Madzhab Syafi’i di Mesir. Nama Al-Buwaithi
sering disebut didalam setiap kitab Madzhab Syafi’i. Selain dianggap sebagai
seorang mujtahid dalam madzhab, ia juga termasuk salah satu dari yang paling
terkenal dalam periwayatan madzhab jadidnya Imam Syafi’i.
Al-Buwaithi
termasuk murid Imam Syafi’i yang paling menonjol diantara murid-murid yang lain.
Bahkan dihikayatkan dari riwayat yang sahih bahwa Al-Buwaithi menempati maqam Imam
Syafi’i didalam memberikan fatwa dan menggantikan beli dalam mengisi pelajaran kepada
murid-murid Imam Syafi’i disaat Sang Imam sakit.
Imam Syafi’i
berkata, “Tidak ada satupun yang berhak dengan majelisku ini kecuali Yusuf bin Yahya
(Red: Al-Buwaithi), dan tidak ada dari murid-muridku yang lebih cerdas daripada
dia.”
Tak lama kemudian
munculah fitnah bahwa Al-Qur’an adalah
makhluk. Al-Watsiq pun naik ke tahta khalifah. Ia termasuk khalifah yang keras mendukung
pemahaman ini sebab propaganda yang dihembuskan oleh Ibnu Abi Dua’d
Al-Mu’tazily.
Kemudian fitnah
ini sampai ke Mesir dan ke telinga Al-Buwaithi. Ketika mendengar fitnah ini Al-Buwaithi
berdiri tegak melawan fitnah ini dan ia menegaskan bahwa alquran adalah
kalamullah, bukan makhluk.
Al-watsiq pun
geram, Al-Buwaithi dibawa ke Baghdad untuk dipenjara karena menolak pemahaman
ini.
Dikisahkan ketika di dalam penjara, Al-Buwaithi mendengar
adzan sholat jum’at, ia langsung segera mandi dan memakai pakaian sholatnya
lalu menuju ke pintu penjara dengan maksud untuk sholat jum’at, namun sipir
penjara melarangnya, lalu Al-Buwaithi berkata, “ya Allah sesungguhnya aku telah
menjawab seruanmu namun mereka melarangku.”
Al-Buwaithi
termasuk ulama rabbani yang menemui ajalnya di penjara. Sebelum kematiannya, Al-Buwaithi
berwasiat agar dikuburkan sesuai dengan kondisinya yang terikat supaya menjadi
hujjah melawan musuhnya dihadapan Allah di hari kiamat nanti.
Seperti itulah
ilmu, ia tidak hanya pengetahuan. Bukan juga hanya sebuah tulisan, namun ilmu
ialah keteguhan mempertahankan al-haq didepan kedzaliman tanpa peduli celaan
orang-orang yang mencela.
Komentar