BERTAWAKAL KEPADA ALLAH SWT DALAM SETIAP URUSAN
BERTAWAKAL KEPADA
ALLAH SWT DALAM SETIAP URUSAN
وَمَن یَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَیۡءࣲ قَدۡرࣰا
Artinya:
"Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah SWT akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah SWT melaksanakan urusan-Nya.
Sungguh, Allah SWT telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu". (
QS.Ath-Thalaq: 3 )
Allah SWT perintahkan hamba-Nya untuk bertawakal (bersandar) kepada-Nya terhadap segala urusannya, Dialah tempat bergantung yang memberikan manfaat dan dan mendatangkan mudhorat kepada segala makhluk-Nya. Dan barangsiapa yang bersandar kepada-Nya niscaya Allah SWT berikan kecukupan terhadap urusannya yaitu mempercayakan Allah SWT dalam urusannya niscaya Allah berikan apa yang ia harapkan.
Syekh As-sa'diy
rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini:
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah SWT” dalam urusan agama
dan dunianya dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah SWT dengan maksud untuk
mendapatkan apa-apa yang bermanfaat dan menghindari apa-apa yang mudharat,
serta percaya sepenuhnya kepada Allah SWT, bahwa ia akan diberi kemudahan,
“niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” Maksudnya, Allah SWT akan
mencukupi keperluan yang disandarkannya kepada Allah. Dan ketika suatu urusan
berada dalam tanggungan Yang Maha Kaya, Maha Kuat, Maha Perkasa lagi Penyayang,
maka Dia paling dekat dengan hambaNya melebihi segala sesuatu. Hanya saja
mungkin hikmah ilahi mengharuskan pemberian itu ditunda sampai waktu yang tepat
bagi hamba yang bersangkutan. Karena itu Allah berfirman, “Sesungguhnya
Allah pasti mewujudkan urusan (yang dikehendaki) -Nya.” Maksudnya,
keputusan dan ketetapan-NYa pasti berlaku, hanya saja Allah SWT menciptakan
“ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” Yaitu waktu dan ketentuan yang tidak
akan terlampaui dan kurang darinya. ( Tafsir As-Sa'diy ).
Sesungguhnya tawakal diharuskan dalam setiap urusan, perintah ini banyak
terdapat dalam Al-Qur'an, dalamnya ada keutamaan dan pujian Allah SWT bagi
sesiapa yang bertawakkal kepada-Nya serta pengaruh bagi orang yang
melakukannya, akan tetapi yang perlu dipahami tawakkal (bersandar) kepada
Allah Ta'ala adalah dengan melakukan sebab-sebabnya.
Oleh karena itu, Allah SWT perintahkan nabi Musa 'alaihissalam untuk memukul
tongkatnya ke laut ketika hendak menenggelamkan Fir'aun dan para pengikutnya,
Allah SWT berfirman:
فَأَوۡحَیۡنَاۤ إِلَىٰ مُوسَىٰۤ أَنِ ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡبَحۡرَۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ
كُلُّ فِرۡقࣲ كَٱلطَّوۡدِ ٱلۡعَظِیمِ
Artinya:
"Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan seperti gunung
yang besar". (QS: Asy-Syu’araa : 63)
Begitu pula Maryam, Allah SWT perintahkan untuk menggoyangkan pangkal pohon
kurma ketika hendak melahirkan Isa 'alaihissalam, Allah SWT berfirman,;
وَهُزِّیۤ إِلَیۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَـٰقِطۡ عَلَیۡكِ رُطَبࣰا جَنِیࣰّا
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.”
(QS. Maryam: 25)
Secara logika, Allah SWT bisa saja melaksanakan urusan-Nya tanpa harus memerintahkan nabi Musa 'alaihissalam dan Maryam walaupun dengan perbuatan yang ringan setelah mereka berserah diri kepada Allah SWT, akan tetapi Allah SWT ingin mengajarkan kepada hamba-Nya agar kita mengambil sebab-sebab tersebut. Karena hakikatnya tawakal adalah berserah diri kepada Allah SWT dan menjalankan sebab-sebab datangnya pertolongan Allah SWT.
احرص على ما ينفعك و استععن با الله
“Semangatlah kalian terhadap hal-hal yang bermanfaat bagi kalian dan
mohonlah pertolongan kepada Allah“ .( HR.Muslim : 2664 )
Yaitu menggabungkan antara bergantung kepada Allah SWT dan menjalankan
sebab-sebabnya untuk meraih apa yang ia harapkan.
Kemudian sesuatu yang
perlu diperhatikan juga adalah bahwasanya tawakal itu dalam setiap urusan
walaupun dalam hal yang sepele, terkadang manusia itu lupa bertwakal kepada
Allah SWT karena menurut akal dan kemampuannya ia mampu meraihnya tanpa harus
bersandar kepada Allah SWT, sehingga membuat ia bersandar kepada kemampuannya,
keahliannya dan kecerdesannya semata, dan hanya bersandar kepada-Nya dalam urusan-urusan
yang besar, maka ini adalah sebuah kekeliruan yang mesti diwaspadai.
Wallahu'alam.
Akhukum fillah
Syukri Abdullah
Bahan bacaan :
1. Qowa'id Qur'aniyyah, karya Syekh Dr. 'Umar bin Abdullah Al-Muqbil
2. Tafsir As-Sa'diy
Komentar